Siang yg cukup panas. Bino, Aris, dan Dyo masih bersama menjalani rutinitas biasa mereka. Ya, bermain tetap menjadi tujuan hidup mereka saat itu.
Tapi, apa yg akan dilakukan masih simpang siur antara bolakaki, warnet, ataupun berjalan tanpa arah.
Tanpa pikir panjang, Dyo mengusulkan berjalan tanpa arah. Bino dan Aris yg tanpa ide pun mengiyakan. Berjalanlah tiga sekawan itu menuju gunung di belakang sekolah yg berjarak 2km dari tempat awal.
Jalan raya, masjid, terminal, rumah sakit, pasar, danau, rel kereta dan sekolah mereka sukses terlampaui. Dan mulailah mereka melangkah ke gunung yg tak terawat itu.
Meski terkenal angker, tetap tak menyurutkan niat sahabat ini untuk masuk. Walaupun samasekali tak tahu apa tujuan mereka sesungguhnya.
Setelah agak ke dalam, mereka menemukan pohon yg sangat besar. Rasa kagum yg luar biasa mereka luapkan ketika menyaksikan yg selama ini hanya mereka dengar.
Namun, hal pertama yg mereka lakukan bisa dikatakan hal yg tak baik. Mengukir.
Ya, mereka memilih mengukir pohon itu dgn nama masing-masing menggunakan besi yg tergeletak di sekitar situ.
BINO - ARIS -DYO.
Tiba'' langit mendung, gerimis menghujam, petir silih berganti menyambar. Aris mengusulkan untuk berteduh. Namun, Bino dan Dyo bersikeras untuk pulang. Dengan kecepatan yg luar biasa mereka berlari. Tanpa kehati-hatian.
-Brak-
Terdengar bunyi seperti benda yg terhantam. Dyo dan Bino menoleh.
Di mana Aris ?
Dilihat kerumunan org di sekitar mobil yg berhenti di tengah jalan.
Darah mengalir deras. Makin cair ditambah curahan air langit.
Mereka mendekat.
Itu Aris.
---
Tanpa menghiraukan kerumunan itu. Bino dan Dyo menggendong tubuh Aris yg tak berdaya dan berlari ke arah Rumah Sakit. Terlihat darah bagai memberikan petunjuk jalan kemana mereka pergi.
Setibanya di rumah sakit. Aris langsung diperiksa. Kondisi yg semakin parah membuat dua sahabat ini menangis. Mereka belum sanggup untuk kehilangan, salah satu dr mereka.
Beberapa saat setelah itu. Seseorang tak dikenal yg memakai masker dengan bekas luka di kening datang ke arah mereka. Lalu mengatakan bahwa benturan keras di kepala menyebabkan Aris beresiko kehilangan seluruh ingatannya. Bahkan tentang mereka sekalipun. Sahabat inipun menyimpulkan bahwa Aris akan baik-baik saja dan yakin dpt memulihkan ingatannya. Setelah semalaman di RS, merekapun pulang.
---
Tiga hari setelah kejadian itu mereka kembali ke RS untuk menjenguk Aris karena hari pertama dan kedua masih belum diizinkan. Tak lupa dgn makanan dan game kesukaan sahabat mereka itu.
Setibanya di RS. Mereka terkejut mendengar Aris tak lagi di RS itu sejak dua hari lalu. Seorangpun yg ditanya tak ada yg tahu kemana Aris. Mereka mencari seseorg yg ber-masker kemarin utk menanyakan hal ini. Tapi, nihil. Orang itu tak di temui.
Mereka berlalu menuju rumah Aris.
Di jalan, tepat di depan Sekolah. Mereka bertemu dgn yg dicari. Aris tampak sedang berjalan-jalan sendirian entah kemana.
Bino dan Dyo menghampiri sahabat mereka itu. Aris yg terkaget, bereaksi dengan tawa yg lepas bersamaan dgn kejutan temannya itu.
Mereka melupakan bahwa dulu Aris difonis hilang ingatan.
Tanpa rencana. Kali inipun mereka menuju gunung dan menghabiskan waktu di bawah pohon besar sambil menyantap semua bawaan mereka yg semula ditujukan ke Aris.
Dan masih dgn yg dulu. Lagi-lagi mereka berniat mengukir nama mereka di pohon itu.
BINO - ARIS - DYO. Dan ukiran itupun selesai.
Kali ini langit mendukung. Hari tak hujan. Setelah agak gelap mereka pulang dan berjanji akan berkumpul bersama lagi besok. Aris menyarankan utk bermain bersama di rumahnya.
---
Esoknya.
Bino menjemput Dyo. Dan langsung menuju rumah Aris. Dengan semangat utk bermain lagi.
Tapi apa yg mereka lihat.
Kain putih diikat tepat di depan rumah Aris. Kaki mereka tiba'' terasa bergetar. Mereka berlari ke dalam. Dilihatnya orang'' yg tengah membaca Yassin.
Ibu Aris yg menahan air mata. Berkata terbata pada mereka berdua:
'Bino, Dyo. Ibu harap kalian kuat mendengar ini. Aris telah pergi. Setelah kecelakaan itu, malamnya Aris tak tertolong. Dan dimakamkan sehari setelahnya' ibu Arispun menangis.
Bino dan Dyo terdiam tak percaya. Sambil menangis mereka bergumam.
Lalu siapa yg bersama mereka semalam ?
Bino dan Dyo yg tak kuat mendengar kabar ini berlari kencang menuju gunung tempat mereka biasa bermain dan langsung ke arah pohon besar.
Apa yg mereka temukan.
BINO - ARIS - DYO.
BINO - . . . . - DYO
Keduanya bingung. Mengapa ukiran nama mereka semalam hanya nama ARIS yg tak ada ? Padahal jelas'' mereka mengukirnya.
Dan yg lebih membingungkan lagi. Lalu siapa yg bersama mereka semalam ?
Pertanyaan ini tak pernah terjawab.
Dengan air mata yg terjatuh mereka mengukir nama ARIS di tempat seharusnya.
---
Sebulan berlalu.
Tepat di tanggal kepergian Aris, Bino dan Dyo kembali ke gunung.
Apa yg mereka temukan.
BINO - . . . - DYO
Lagi'' ukiran nama Aris tak mereka temukan. Mencoba berpikir positif, mereka menanggap ini hanyalah ulah iseng seseorang. Lalu mereka mengukir nama Aris lagi.
Sebulan setelah itu mereka kembali lagi.
Dan seperti sebelumnya. Ukiran nama Aris menghilang. Merekapun mulai menganggap ini adalah sebuah keanehan. Tapi mereka tetap mengukir lagi nama sahabatnya itu.
Kejadian itu terus berlangsung tepat di tanggal wafat Aris.
Dan sejak saat itu, setiap tanggal kepergian Aris, mereka selalu kembali dan mengukir nama sahabatnya itu menggunakan besi yg sama dan di tempat yg seharusnya.
Tiap kali mengukir, mereka selalu merasa Aris ada didekatnya.
Tak sekalipun ingin kehilangan sahabatnya itu.
(via: Hadiyanta Yanri Alfajri on Facebook)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar